15 Mei 2010

KESEMPURNAAN CINTA


Setelah menyaksikan tayangan “Cinta Tanpa Batas” sejumlah perempuan hebat. Kini saatnya anda menyimak “Kesempurnaan Cinta” dari para lelaki yang melupakan mimpinya tentang perempuan cantik dengan penampilan sesempurna mungkin. Ini kisah tentang sejumlah lelaki yang ikhlas mencintai dan berbagi kehidupan dengan perempuan-perempuan yang mengalami kekurangan secara fisik. Mengapa pula mereka mau melakukannya?
“Ketika pertama saya melihat Priska, saya merasa inilah jodoh saya,” ujar Fandy Prasetya KUsuma, mengenang awal hubungannya dengan Priskilla Smith Jully atau Priska, seorang perempuan penyandang tuna netra sejak lahir.


Priska, perempuan asal Jambi, yang hidup mandiri di Kota Semarang. Menurutnya, kebutaan mata yang ia peroleh, adalah akibat dari perbuatan orang tua yang ingin menggugurkan ia saat masih janin. “Tapi sekarang saya memaafkan mereka, karena ini pasti akibat ketidaktahuan mereka ,” tutur Priska, yang sejak kecil hidup berpindah-pindah kota ini.


Hubungan Fandy dan Priska dimulai saat mereka bekerja di sebuah stasiun radio di Semarang. Bisa ditebak, pada awalnya, hubungan ini tak mendapat restu dari orang tua Fandy. “Begitu saya bawa Priska ke rumah, ayah saya menyelinap pergi ke luar rumah dan Ibu saya diam dengan mata berduka. Ia tak ikhlas mungkin, anaknya yang sarjana hanya mendapat gadis lulusan SD, buta pula!,” ungkap Fandy.
Pasangan ini kini berbahagia dengan satu anak dan 80 anak asuh mereka! yang kebanyakan adalah anak-anak cacat ganda, juga anak-anak yatim piatu. Ya memang, sejak sebelum menikah, Priska yang mengaku punya masa kecil kurang indah ini, memiliki kepedulian untuk membantu anak-anak yang terabaikan keluarganya.


Dari Sukoharjo, Jawa Tengah, Kick Andy menemukan pasangan unik Mujadi dan Putri Meyrinawati. Mujadi pria normal yang berprofesi sebagai guru dan Putri adalah seorang perempuan penyandang Mental Reduction (MR) atau keterbelakangan mental. Putri pernah bersekolah disekolah umum sampai kelas tiga, setelah itu bersekolah di sekolah luar biasa karena tidak mampu mangikuti pembelajaran disekolah umum. Putri kemudian bersekolah di SLB masuk dalam kategori C (tuna grahita).


Mujadi dan Putri menikah pada akhir tahun 2008 lalu. Tak ada masalah dengan soal perijinan orang tua, tapi diakui Mujadi, masih banyak hal yang harus dipelajari bersama dalam hubungan perkawinan mereka. “Saya masih harus banyak menyesuaikan diri karena Putri mempunyai sifat yang labil dan kekanak-kanakan,” ujarnya.


Sementara dari Bandung ada pasangan Asep Dindin Sofiadin dan Mimin Aminah. Kita akan terkesan dengan kehadiran dan cara Asep membantu Mimin berjalan tertatih-tatih, dengan dua tongkat penyanggahnya, menuju set Kick Andy.
Pasangan ini sudah saling kenal sejak masa sekolah. Asep adalah adik kelas Mimin. Bagi Asep soal usia atau kondisi fisik Mimin yang mengalami cacat kaki akibat polio, bukanlah alas an untuk tidak mencintai Mimin. Tapi lebih penting baginya, ada kenyamanan yang ia rasakan saat berkomunikasi dengan perempuan yang notabene lebih tua darinya itu.


Mimin sendiri sempat menolak untuk menerima Asep. Bahkan Mimin sempat berusaha untuk mencarikan perempuan lain bagi Asep. Tapi toh akhirnya cinta mereka bisa berlangsung hingga ke pelaminan tanpa rintangan dan hambatan dari keluarga. Kini 16 tahun sudah, mereka bersama dalam mahligai rumah tangga, dan memiliki lima anak. Hebatnya lagi, pasangan ini kini menjadi konsultan dan memberikan banyak pelatihan tentang “Smart Love”.
Pasangan Jumat dan Maryati dari Karawang adalah pasangan yang unik . Jumat, pemain lenong yang bertubuh normal ini, telah memilih Maryati yang hanya bertinggi badan 90 cm untuk menjadi istrinya. “Banyak yang cakep di lenong emang, tapi saya memilih dia,” ujar Jumat mantap. Maryati sendiri mengaku percaya kalo Jumat benar-benar mencintainya. “Saya suka diajak jalan-jalan, dan dia gak malu,” katanya.
Kehadiran mereka di Kick Andy ditemani oleh buah kasih semata wayang mereka yang bernama Cipto. Ketika ditanya host Kick Andy, apakah Cipto malu punya ibu mini seperti itu? Cipto menjawab tegas,” enggak.”


Kehadiran seorang anak memang selalu member warna bagi sebuah rumah tangga. Tapi kalo Tuhan menghendaki lain? Mungkin sebaiknya kita belajar pada kesempurnaan cinta pasangan Eko Priyo Pratomo dan Dian Wahdini Syarief, asal Bandung.


Pasangan yang menikah 20 tahun lalu ini pada awalnya adalah pasangan yang normal, artinya kondisi fisik keduanya normal. Namun di tahun ke-9 perkawinan Mereka, Dian terserang penyakit Lupus, sebuah penyakit yang hingga kini belum diketahui penyebab dan obat yang dapat menyembuhkannya. Di tahun 1999 Dian harus berkurang penglihatannya, akibat infeksi di otak. Setelah beberapa kali operasi bongkar pasang otak, kini penglihatannya menjadi 5 % saja. “Saya melihat orang seperti siluet di balik kaca es,” papar Dian.


Sampai sekarang Dian sudah mengalami sekitar 20 operasi, dari otak hingga pengangkatan rahim. Dan dengan penuh kecintaan, Eko, sang suami menemaninya terus menerus. Dian sendiri mengaku sempat menawarkan pada sang suami untuk menikah lagi. “Bukan karena saya cemburu, tapi lebih pada saya tahu diri dengan kondisi saja,” kata Dian.


Tapi toh Eko menolak. Baginya melihat penderitaan Dian selama sakit , menjadi motivasi terbesarnya untuk tetap mencintai dan menemani sang istri. “Saya belajar kekuatan pada Dian,” ungkapnya. Tak hanya sebatas itu, Eko juga membuktikan kecintaanya pada Dian dengan membuatkan puisi, hingga menulis sebuah buku tentang kekuatan cinta mereka, sebuah buku berjudul “Miracle of Love”.
Inilah kisah-kisah penuh inspirasi, tentang kesempurnaan cinta, selamat menyaksikan.

“....Kekasih dengar bisikku, gemuruh getaran cintaku
Aku yang menyatu dalam sudut bahagiaku
Hanya kau satu bertahta dalam sanubariku
Kita yang tlah bertahan dalam terang dan gelap malam
Terima kasih padamu cinta
Aku yang kini tlah memilikimu
Sempurnalah arti hidup ini
Milikimu untuk selamanya….
(cuplikan lagu “Sempurnalah” cipt. Andi Rianto)

0 komentar:

Posting Komentar