17 April 2009

PACARAN DENGAN ISTRI SENDIRI SETELAH MENIKAH

Kalau ditanya apakah dulu saya pernah pacaran? Maka jawabannya belum pernah. Tapi kalau ditanya apakah dulu saya ingin punya kekasih lalu pacaran? Maka jawabannya Ingin. Bahkan keinginan itu kadang sering datang menggebu2. apalagi kalau mendengar cerita tentang orang berpacaran yang begitu asyiknya. Kadang saya sering merasa iri dengan teman2 saya, kenapa mereka pacaran sedangkan saya tidak? Padahal secara fisik insyAllah saya termasuk laki2 yang cukup menarik, tidak kalah dengan mereka.

Mungkin ada beberapa factor yang menyebabkan saya dulu tidak pacaran. Pertama, saya tidak seberuntung teman2 saya yang kebetulan orang tuanya kaya. Sementara saya, jangankan untuk biaya pacaran, untuk biaya kuliah saja harus kerja keras cari uang. Pagi saya menjadi loper Koran, sementara siangnya, di antara waktu luang kuliah, saya bergantian dengan adik2 saya menjaga kios Koran dan majalah dekat kampus.

Kedua, dari hal di atas, saya kemudian tumbuh menjadi seseorang yang minder dan merasa rendah diri. Saya takut mencintai seseorang karena tidak siap dengan konsekuensi orang yang berpacaran. Adakah orang yang berpacaran tidak membutuhkan dan untuk jalan2 malam mingguan berdua? Memberi hadiah ulang tahun? Makan2 berdua?dll. rasanya tidak.

Ketiga, sebagai anak yang paling tua, saya ingin memberi contoh yang baik pada adik2 saya agar mereka rajin belajar dan tidak pacaran.

Alasan yang sebenarnya emang remeh temeh, tapi di balik itu semua, ada hikmah besar yang sampai sekarang masih saya rasakn. Setahun setelah selesai kuliah, alhamdulillah saya diterima menjadi guru PNS. Di lingkungan kerja baru inilah saya bertemu dengan seorang akhwat.

Suatu kali saya beranikan mengirim SMS, yang isinya pernyataan cinta saya. Keberanian ini muncul karena saya merasa dia juga suka sama saya. Tapi ternyata dia tidak membalas SMS saya. Keesokan harinya saya kirim SMS yang sama padanya, tapi lagi2 tidak ada balasan.

Diam2 saya kecewa dan malu sendiri. Baru pertama kalinya saya jatuh cinta dan nembak seseorang, tapi ternyata tembakan saya meleset. Mungkin inilah cinta saya yang pertama dan sejati. Tapi saya tidak putus asa, dalam hati saya sering berkata bahwa saya harus bisa mendapatkannya. Diam2 saya sering Tanya sama teman2 sekantor saya tentang dia. Dan jawaban mereka membuat cinta saya semakin dalam saja.

Tapi yang membuat saya merasa aneh, kenapa dia tidak pernah membalas SMS saya? Sejak itu saya sering berdoa, Yaa Allah…jika dia memang jodoh saya, maka satukanlah kami berdua, saya sungguh2 mencintainya.

Suatu hari, mungkin doa saya diijabahm saya didatangi kakak dia yang mengatakan kalu saya suka dengan adiknya, agar dating ke rumah dan melamar baik2. singkat cerita kemudian saya dating melamar dia di depan orang tuanya. Lamaran saya diterima dengan catatan agar saya segera menikahinya. Begitulah, akhirnya kami menikah tanpa proses pacaran sebelumnya.

Ketika pada malam pertama, saya tanyakan dengan istri saya kenapa dulu dia tidak pernah membalas SMS saya, dia menjawab bahwa dia memang tidak mau menjadi kekasih(pacar) saya, tapi maunya jadi istri saya. Dan katanya lagi, dia hanya mau pacaran dengan suaminya sendiri.

Begitulah hingga empat tahun menjalani rumah tang, harii2 kami masih asyik pacaran. Pokoknya tiada tiada hari tanpa pacaran. Makanya banyak orang bilang kalau kami pasangan paling romantis di dunia. Dan kayaknya temen2 yang dulu pacaran, baru beberapa bulan menikah gak ada lagi romantis2nya tuh, mungkin dah bosen waktu pacaran dulu ya…?

Terakhir, terima kasih buat waktu di masa lalu yang memaksa saya tidak bisa pacaran. Memang, hanya karena alas an yang remeh temeh, berbeda debga alas an istri saya. Tetapi kini kami telah di persatukan.

Semoga kisah singkat ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua, amien…!!!

April, 16th 2009

bY : lienz_17

0 komentar:

Posting Komentar